
Oleh : Ajeng Harlika Puspitasari, M.Psi., Psikolog
Momentum melahirkan membawa perubahan besar bagi kehidupan seorang wanita. Selain perlu beradaptasi dengan pemulihan fisik pasca melahirkan dan belajar menyusui, seorang Ibu juga perlu beradaptasi dengan rutinitas baru. Ibu pasca melahirkan menghadapi banyak kerentanan, baik kerentanan fisik akibat perubahan situasi hormonal dan pemulihan luka, juga kerentanan psikologis karena perubahan intens yang terjadi secara mendadak. Melahirkan merupakan momentum yang membahagiakan, namun ternyata sebagian Ibu menganggap pasca melahirkan merupakan fase yang cukup sulit untuk dilewati. Tak jarang Ibu baru mengalami baby blues syndrome sebagai bagian dari penyesuaian peran barunya sebagai Ibu. Perubahan peran dan rutinitas tersebut bisa membuat ibu baru menjadi lebih emosional dan sensitif. Kondisi ini disebut sebagai baby blues syndrome dan bisa berlangsung hingga 2 minggu setelah melahirkan.
Menurut berbagai penelitian, sekitar 80% Ibu yang baru melahirkan, menunjukkan gejala baby blues syndrome. Baby blues adalah perasaan sedih atau cemas yang umum dialami ibu setelah melahirkan. Banyak ibu baru yang mengalami perubahan suasana hati secara mendadak, merasa lelah secara emosional, dan terkadang menjadi mudah menangis tanpa memahami alasannya. Kondisi ini biasanya muncul dalam beberapa hari setelah melahirkan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, bila baby blues syndrome berlangsung terus-menerus, hal ini bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, yaitu depresi pascamelahirkan. Tidak sedikit ibu baru yang menganggap baby blues dan depresi pasca melahirkan adalah kondisi yang sama. Padahal, keduanya sangatlah berbeda dan patut untuk mendapatkan perhatian yang intensif.
Bila Baby Blues Syndrome berlangsung kurang lebih 2 minggu, depresi pasca melahirkan berlangsung lebih lama dan gejala yang ditunjukkan cenderung lebih intens, seperti perasaan putus asa yang mendalam, perasaan sedih yang kuat, tidak merasa tertarik pada bayi, atau bahkan munculnya pikiran untuk menyakiti diri sendiri maupun menyakiti bayi. Kesehatan fisik dan mental seorang Ibu sangat memengaruhi kondisi psikologis bayi yang dilahirkan. Depresi pasca melahirkan yang tidak tertangani dengan baik dapat beresiko menyakiti diri sendiri dan bayi yang dilahirkannya. Berikut merupakan gejala – gejala depresi pasca melahirkan :
- Merasa fisik cepat lelah atau tidak memiliki tenaga untuk beraktivitas
- Mudah tersinggung dan mudah marah
- Merasa sedih dan menangis secara terus menerus tanpa alasan yang jelas
- Merasa cemas tanpa alasan yang jelas
- Mengalami perubahan suasana hati (swing mood) yang drastis
- Kehilangan nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya
- Tidak dapat tidur (insomnia) atau tidur terlalu lama (hypersomnia)
- Kesulitan berkonsentrasi, atau mengambil keputusan
- Menghindari interaksi sosial dengan teman atau orang lain
- Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya
- Merasa putus asa dan tidak berdaya
- Berpikir atau melakukan tindakan yang melukai diri sendiri atau bayi
- Munculnya pikiran tentang kematian dan keinginan bunuh diri
Depresi pasca melahirkan dianggap sebagai bagian dari penyesuaian diri dari kehidupan baru sebagai Ibu. Namun nyatanya depresi pasca melahirkan menandai adanya hambatan dari penyesuaian diri sebagai seorang Ibu yang baru melahirkan. Berbagai faktor, baik fisik dan emosional dapat menjadi penyebab terjadinya depresi pasca melahirkan, diantaranya :
- Adanya ketidakseimbangan cairan kimia otak akibat perubahan kondisi hormon estrogen dan progesterone.
- Kelelahan fisik dan emosional akibat aktivitas merawat bayi yang intens sehingga tidak memungkinkan beristirahat dan memulihkan fisik.
- Kurang adanya dukungan sosial dari suami dan keluarga sekitar.
- Hambatan dalam menyusui.
- Melahirkan di usia terlalu muda atau terlalu tua.
- Permasalahan keluarga.
- Riwayat gangguan kesehatan mental sebelum melahirkan.
Diagnosa depresi pasca melahirkan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan dan psikolog professional. Pemeriksaan status fisik dan status mental Ibu melahirkan akan dilakukan secara rinci untuk menentukan apakah seorang Ibu betul – betul mengalami depresi pasca melahirkan atau mengalami gangguan kesehatan mental yang lainnya. Seorang Ibu perlu untuk untuk mencari bantuan professional melalui psikiater dan psikolog bila dirasa mengalami gejala – gejala depresi pasca melahirkan selama minimal dua minggu berturut-turut atau apabila merasa sudah melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun bayinya.